Penelusuran Data Pendidikan pada Masa Hindu di Komplek Candi Gunung Kawi, Gianyar, Bali

Peradaban suatu bangsa tidak dapat lepas dari peran pendidikan, termasuk masa kebangkitan nasional bangsa Indonesia. Sejarah pendidikan menjadi penting sebagai refleksi dalam menentukan arah kebijakan pendidikan Indonesia di masa mendatang. Salah satunya adalah pendidikan tradisional yang sarat dengan kearifan lokal dan keselarasan alam yang belakangan ini mulai diadopsi kembali oleh instansi pendidikan modern.

Museum Kebangkitan Nasional melakukan kajian sejarah pendidikan di Indonesia, dimulai dari masa Hindu-Budha, masa Islam, masa penjajahan, sampai dengan masa setelah kemerdekaan, untuk dijadikan sebagai materi pameran temporer pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-111. Kajian tersebut diharapkan bisa merangkai keterkaitan konsep pendidikan, dari masa ke masa.

Pada 12 Juli 2018 kajian dilaksankan di komplek Candi Gunung Kawi, Gianyar, Bali. Obyek kajian adalah bangunan suci di daerah aliran sungai Pakerisan yang berfungsi sebagai tempat pertapaan, yang menggambarkan proses dan konsep pendidikan pada masa Hindu. Komplek bangunan Candi Gunung Kawi diduga telah ada sejak abad ke-11 Masehi, terdiri atas gabungan antara ceruk pertapaan, kolam pertirtaan, dan beberapa pancuran.

Prasasti komplek Candi Gunung Kawi, Gianyar, Bali

Menurut keterangan Bapak Ngurah Tara Wiguna, dosen arkeologi Universitas Udayana, komplek bangunan Candi Gunung Kawi yang terdapat di sisi barat dan timur Sungai Pakerisan, merupakan candi tebing yang digunakan sebagai tempat pemuliaan raja yang didalamnya terdapat ceruk-ceruk yang berfungsi sebagai tempat kegiatan belajar, semedi, atau tempat peristirahatan. Konsep belajar murid mendatangi guru dan peraturan pembagian kelas telah dikenal disini. Hanya murid-murid tertentu yang diterima belajar di tempat ini.

Bersama Bapak Ngurah, tim kajian Museum Kebangkitan Nasional dipandu berkeliling memasuki komplek bangunan candi. Di pintu masuk kami disambut dengan gapura dengan beragam penjual yang menjajakan souvenir khas Bali di sepanjang anak tangga menuju bangunan candi. Tak lupa, kami harus mengenakan sampur atau selendang yang diikatkan pada pinggang setiap pengunjung, untuk pengunjung yang menggunakan celana atau rok pendek, diharuskan menggunakan kain khas Bali. Di sepanjang jalan menuju bangunan candi kita juga disuguhi batuan besar di sisi kiri kanan jalan.

Jalan lorong menuju komplek bangunan Candi Gunung Kawi

Komplek Candi Gunung Kawi, berada pada suatu tanah tegalan dengan pintu masuk berbentuk lorong menurun yang membentang dari utara ke selatan dengan panjang 22 meter dan lebar 3,35 meter. Pada dinding sebelah barat kompleks candi, terdapat peninggalan pancuran, ceruk kecil kepala arca, relief wayang, relief  Tantri, satu pancuran berbentuk relief garuda dan ceruk-ceruk. Pada dinding sebelah timur terdapat pancuran, dan ceruk, serta relief Kalasungsang, relief Dwarapala, dan relief perwujudan laki-laki dan perempuan. 

Bangunan utama ceruk terdapat di timur sungai, yaitu berseberangan dengan gapura pintu masuk komplek bangunan candi. Ceruk pertapaan memiliki tiga bagian ruang, yang masing-masing memiliki pintu sebagai penghubung antara satu dengan yang lain. Ceruk pertapaan utama, berbentuk segi empat dengan ukuran kira-kira 5 m x 8 m, dengan pintu masuk sebuah gapura megah.

Pada bagian dalam ceruk pertapaan ini, terdapat altar memanjang dan satu altar utama lebih tinggi, saling berhadapan. Altar saat ini digunakan untuk sembahyang warga setempat. Konsep belajar altar disini, menyerupai konsep ruang kelas dengan satu guru dan para pelajar bersimpuh belajar di hadapan sang guru. Konsep yang hampir serupa kita jumpai di pendidikan pesantren.

Pada bagian ceruk lainnya, merupakan lima buah ceruk pertapaan dengan satu ceruk di tengah-tengah. Satu ceruk di tengah dengan atap limas, di kelilingi empat ceruk yang melambangkan empat arah mata angin. Ceruk-ceruk ini menyerupai ruang terbuka, yang merupakan tempat semedi atau peristirahatan para pelajar.

Salah satu ceruk pada komplek bangunan Candi Gunung Kawi

Komplek bangunan Candi Gunung Kawi selain dikenal sebagai candi pemuliaan para raja, ternyata memberikan kita sepotong gambaran konsep pendidikan hindu abad ke-11 M dengan konsep yang tidak asing lagi bagi pendidikan yang kita kenal saat ini. 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *