[HISTORY TODAY] Hari Lahir Menteri Kesehatan yang Sederhana dari STOVIA
Tepat hari ini, 118 tahun lalu tokoh Menteri Kesehatan Indonesia ke-3 yaitu Johannes Leimena lahir. Ia lahir di Ambon, 6 Maret 1905. Sejak usia lima tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia bersekolah di Ambonsche Burgerschool, tempat pamannya menjadi kepala sekolah. Ketika pamannya pindah tugas ke Cimahi pada 1914, ia turut serta. Ibunya tak mengizinkan, ia nekat menyelinap ke dalam kapal. Jo muda bergabung dalam Jong Ambon dan aktif dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928. Setelah lulus dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1922, ia melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter untuk Bumiputra). Setelah bekerja sebagai dokter selama sebelas tahun, dia memperdalam penyakit dalam di Geneeskunde Hogeschool (Sekolah Lanjutan Kedokteran). Pada 1946, Perdana Menteri Sjahrir mengangkat Leimena menjadi menteri muda kesehatan, belum sebagai menteri penuh. Baru pada kabinet Amir Sjarifuddin, dia diangkat menjadi menteri penuh.
Leimena sangat terkenal akan kesederhanaan, kejujuran, dan kelembutannya. Sampai-sampai Presiden Sukarno menyebut Leimena sebagai “orang paling jujur yang pernah kutemui”. Bahkan, Sukarno dalam kesempatan lain menyebutnya mijn dominee yang artinya “pendetaku”. Selain sederhana, Leimena juga dikenal sebagai sosok yang toleran. Ia bersahabat baik dengan Mohammad Natsir, tokoh Masyumi yang memperjuangkan syariat Islam. Natsir menyebut Leimena sebagai Meneer de Dominee atau Tuan Pendeta. Toleransi Jo terbukti ketika ia merestui salah satu putrinya menikah dengan seorang muslim, lalu mengikuti iman suaminya.
Johannes Leimena merupakan seorang dokter yang turut menjadi inisiator deklarasi Sumpah Pemuda pada 1928. Memasuki usia muda, Leimena mulai aktif dalam kegiatan pemuda terutama di GKI Kwitang. Ia juga mengikuti pertemuan-pertemuan tentang gerakan ekumene dan gerakan nasionalisme. Selama menjadi mahasiswa, beliau aktif dalam sejumlah organisasi seperti Jong Ambon dan Christelijke Studentenvereniging (CSV).
Pada 1945, Leimena bergabung dengan Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Ia lalu menjadi ketua umum pada 1950 sampai 1957. Ia juga turut membentuk Dewan Gereja-Gereja Indonesia (DGI) yang kini bernama Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI). Ketika menjadi menteri kesehatan, Leimena berhasil meracik salep untuk mengobati penyakit kulit ringan yang sering diidap rakyat kecil. Label “Salep Leimena” sangat mujarab dan terkenal pada zamannya. Ia kembali lagi membuktikan diri sebagai menteri sekaligus dokter inovatif yang peduli rakyat kecil.
Leimena juga merumuskan rencana pembangunan kesehatan gratis untuk pencegahan dan penyembuhan serta perimbangan fasilitas pelayanan kesehatan di kota dan desa. Rencana ini terlaksana dan sekarang dikenal sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Selain itu, Leimena juga membentuk Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), yang kemudian menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Sejarah mencatat Leimena sebagai menteri dengan masa jabatan terlama, yakni 21 tahun dengan 18 kabinet berbeda pada era Sukarno. Ia mendapatkan kepercayaan untuk menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI sebanyak delapan periode, kecuali antara tahun 1953-1955, yakni selama masa Kabinet Ali Sastroamidjojo pertama. Sebelumnya, yaitu tahun 1956, ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Muda Kesehatan RI dalam Kabinet Syahrir kedua dan ketiga.
Ia juga merupakan satu dari sedikit orang dekat Sukarno yang ‘selamat’ dari peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ia sempat ingin dipertahankan Soeharto sebagai menteri, namun menolak secara halus dengan perantara Sultan Hamengkubuwono IX. Namun, ia masih diminta menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) hingga tahun 1973. Selepas itu, Leimena kembali aktif di Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ia sempat pula menjadi Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Di akhir perjalanan hidupnya, ia masih sempat kembali menjadi dokter dan menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini. Leimena wafat pada 26 Maret 1977 di Jakarta. Nyong Ambon itu mendapat gelar Pahlawan Nasional pada 2016.