Sebelum Ada STOVIA, 4 Wabah ini Membunuh Hampir Sepertiga Penduduk Pulau Jawa

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peranan Sekolah Kedokteran Bumiputera / STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dalam mencetak kaum intelektual yang mempelopori lahirnya kesadaran nasional. Selain menjadi sekolah pencetak kaum pergerakan, STOVIA juga menjadi penyelamat penduduk Hindia (Indonesia), khususnya pulau Jawa dari wabah penyakit yang sangat mematikan.
Sejak abad ke-17, ketika VOC memonopoli perdagangan Nusantara telah banyak ditemukan penyakit tropis dikalangan masyarakat terutama penyakit perut dan kulit. Wabah tersebut tidak hanya melanda masyarakat, namun juga dengan cepat menjangkit pada tubuh kekar para tentara bumiputera yang berdinas di pemerintahan kolonial. Thomas Stamford Raffles, Letnan Gubernur Jenderal Inggris di Jawa pada 1811-1816, adalah orang pertama yang memikirkan pemberantasan penyakit ini. Berbekal pengalamannya di Bengala, India, Raffles mendidik secara khusus tenaga bumiputera Jawa untuk menjadi petugas pemberi vaksin serum cacar air yang serumnya dibawa dari India pada 1811.
Meski telah menjadi perhatian pemerintah Kolonial Belanda dalam penanganan wabah ini, namun wabah ini terus meluas bahkan semakin mengkhawatirkan pemerintah kolonial Belanda. Perkebunan kebijakan tanam paksa-pun banyak merugi karena pekerjanya yang merupakan orang pribumi banyak yang menjadi korban wabah ini. Wabah terus meluas di seluruh Jawa terutama di kota-kota besar sepanjang pantai utara. Hal ini disebabkan oleh hawa uap yang muncul dari rawa dan kemarau panjang yang menghembuskan angin kering di sepanjang pantai utara. Diperkirakan hampir sepertiga penduduk pulau Jawa tak berdaya melawan wabah penyakit ini. Berikut wabah-wabah tersebut:
1.      Typus
Tifus (tipes) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi bakteri Salmonella typhidan umumnya menyebar melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi bakteri yang terdapat pada kotoran manusia. Pada masa itu kebersihan belum menjadi prioritas masyarakat Hindia (Indonesia), sanitasi dan pola hidup yang tidak sehat juga turut menjadi faktor penting dalam penyebaran penyakit ini.

Pola Hidup Kurang Sehat Masyarakat Hindia (Indonesia) Pada awal abad ke-18 (sumber: foto KITLV)
2.      Cholera
Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio Cholerae. Sakit ini ditandai dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki, kehilangan cairan tubuh, hingga kematian. Wabah ini bukan lagi menjadi isu baru sebagai penyakit mematikan, penyakit ini telah mengakibatkan lebih dari 40 juta jiwa melayang pada 1860-an di India, dan kemudian menyebar hingga ke Eropa dan Amerika.
3.      Cacar Air (Frambosa)
Penyakit cacar adalah peyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang akan menyebabkan bintil-bintil merah berisi cairan diseluruh permukaan tubuh. Cacar menjadi wabah yang paling mematikan di dunia sepanjang sejarah. Setidaknya 300 hingga 500 juta orang merenggang nyawa pada abad ke 20 karena penyakit cacar. Di Eropa sekitar 60 juta orang termasuk 5 raja yang berkuasa pada abad ke 18 karena cacar. Sedangkan di Amerika cacar bertanggungjawab sebagai penyebab kematian 90 sampai 95% penduduk asli Amerika. Dan hal yang sama terjadi di Hindia (Indonesia) ketika penyakit ini dengan cepat menular tanpa ada pengetahuan pencegahan maupun pengobatan.

Wabah penyakit cacar di Hindia (Indonesia) abad ke-18
4.      Pes
Pes atau sampar adalah penyakit menular pada manusia yang disebabkan oleh enterobakteriaYersiniapestis, yang disebarkan oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah ini berasal dari tikus yang terinfeksi basil pes dan disebarkan melalui kutu tikus yang mengginggit manusia. Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah ini juga menjadi kematian masal dramatis dalam sejarah Kematian Hitam (Black Death) yang terjadi di Eropa pada Abad Pertengahan.
Pes di Hindia (Indonesia) semakin mewabah di wilayah Malang dan sekitarnya tahun 1911. Wilayah Malang dan sekitarnya yang sejuk semakin membuat wabah ini bertahan lama, hingga membunuh lebih dari 15.000 orang.

Penanganan wabah di Hindia Belanda

Demikianlah sejarah menuliskan beberapa wabah yang membuat bumi Jawa mengalami masa kegelapan kesehatan, sehingga membuat pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah kedokteran sebagai solusinya. Salah satunya adalaah Sekolah Dokter Djawa yang dalam perkembangannya menjadi STOVIA.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *